selama masa kehamilan, ada berbagai faktor yang dapat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin, salah satunya adalah kesehatan plasenta. Jika plasenta tidak bisa berkembang dengan baik atau mengalami kerusakan, hal ini berisiko menyebabkan terjadinya insufisiensi plasenta yang bisa berdampak buruk bagi kehamilan.
Insufisiensi plasenta merupakan gangguan yang membuat plasenta tidak mampu menyalurkan pasokan oksigen dan nutrisi dalam jumlah yang cukup kepada janin. Beberapa gejala yang sering menandakan kondisi ini adalah ukuran perut ibu hamil yang tampak lebih kecil dari usia kehamilan atau gerak janin yang kurang aktif.
Penyebab Insufisiensi Plasenta
Insufisiensi plasenta dapat terjadi akibat kerusakan atau perkembangan plasenta yang tidak sempurna. Kondisi ini menyebabkan ukuran plasenta menjadi lebih kecil dari ukuran normal, plasenta tidak berfungsi, atau plasenta tidak menempel di dinding rahim dengan baik.Ada beberapa kondisi yang dapat memicu terjadinya insufisiensi plasenta, di antaranya:
a. Diabetes anemia, hipertensi, preeklampsia, penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah
b. Gaya hidup yang tidak sehat, seperti sering mengonsumsi minuman beralkohol atau merokok
c. Menyalahgunakan NAPZA
d. Hamil di atas usia 40 tahun
e. Peradarahan hebat di trimester pertama kehamilan
f. Pernah mengonsumsi obat pengencer darah
g. Pernah melahirkan bayi dengan ukuran kecil atau bayi lahir mati (stillbirth)
Selain beberapa kondisi di atas, gangguan plasenta ini bisa disebabkan oleh plasenta yang tidak melekat dengan baik, misalnya karena plasenta terlalu kecil atau plasenta terlepas.
Dampak Insufisiensi Plasenta
Insufisiensi plasenta akan berdampak buruk pada kondisi ibu hamil dan janin. Pada ibu hamil, gangguan plasenta ini dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai komplikasi kehamilan, seperti preeklampsia dan kelahiran prematur. Selain itu, ukuran plasenta yang terlalu kecil dan perlekatannya tidak sempurna akan meningkatkan risiko terjadinya sulosio plasenta.Sementara pada janin, gangguan fungsi plasenta dapat menyebabkan janin tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi dalam jumlah yang cukup. Selama di dalam kandungan, kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya stillbirth.
Jika bayi terlahir dengan kondisi intrauterine growth restriction (IUGR), ia berisiko tinggi mengalami beberapa masalah kesehatan berikut:
a. Bayi lahir dengan berat badan rendah
b. Gangguan jantung dan pernapasan
c. Berat badan bayi sulit naik
d. Bayi sulit menghisap ASI
e. Bayi rentan terkena infeksi
f. Suhu tubuh bayi rendah (hipotermia)
g. Gangguan penglihatan
h. Peningkatan kadar sel darah (polisitemia)
i. Peningkatan risiko terjadinya perdarahan di otak
j. Kadar kalsium rendah (hipokalsemia)
k. Kadar gula darah rendah (hipoglikemia)
Penanganan Insufisiensi Plasenta
Insufisiensi plasenta dapat diketahui melalui pemeriksaan kehamilan rutin. Biasanya, ibu hamil akan mengeluhkan ukuran perut yang terlihat kecil dibandingkan dengan usia kehamilannya atau janin yang cenderung tidak banyak bergerak.Beberapa pemeriksaan yang umumnya dilakukan dokter untuk menangani insufisiensi plasenta adalah tes darah, USG, dan non stress test (NST). Jika dari serangkaian pemeriksaan tersebut dokter menduga kemungkinan adanya insufisiensi plasenta, dokter akan melakukan pemantauan intensif pada ibu hamil dan janin.
Ibu hamil juga akan diminta untuk memantau gerakan janin, serta menjalani pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan beristirahat yang cukup. Jika ibu hamil menderita hipertensi atau diabetes, maka ibu hamil perlu menjalani pengobatan untuk mengendalikannya, sehingga tidak semakin memperparah gangguan plasenta.
Itulah sejumlah informasi seputar insufisiensi plasenta yang perlu Bunda ketahui. Agar kehamilan bisa terus terpantau, Bunda dianjurkan untuk memeriksakan kehamilan secara rutin. Jika Bunda merasakan pergerakan janin cenderung melemah, nyeri perut, atau perdarahan hebat, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.